KAMPOENG NEWS.COM. Bentek, Atau Patil Lele adalah permainan tradisional yang ada di zaman dahulu ketika nenek kakek kita atau bahkan nenek dan kakek dari nenek kakek kita mainkan. Selain permainan ini tradisional permainan ini juga merakyat. Artinya tidak hanya kalangan orang-orang berduit saja yang mampu memainkannya. Permainan ini dapat menyatukan anak-anak orang kaya dan anak-anak orang tak punya.
Persebaran dan Nama Lain
Patil lele sudah ada di zaman nenek moyang kita dan permainan ini populer di tahun 1900-an. Mengenai asal asli patil lele sendiri tidaklah jelas namun yang jelas permainan ini banyak ditemukan di daerah Jawa Timur dengan sebutan Patil Lele, Jawa Tengah dan Yogyakarta dikenal sebagai Benthink, di Bangka Belitung dikenal dengan Tak Tek, dan di beberapa daerah lain di Indonesia mengenal dengan sebutan gatrik, gatik, ataupun tal kadal.
Jawaban yang sering muncul ketika mendengar kata “patil lele” bagi kalangan awam pastilah senjata yang digunakan ikan lele (kumis) dibagian kepalanya yang mana digunakan oleh ikan lele untuk melindungi dirinya dari musuh. Namun memang tidak bisa dijelaskan dari mana asal kata “patil lele” untuk permainan ini. Yang masuk akal adalah karena kayu yang digunakan keras maka jika tidak hati-hati akan sakit jika terlempar keras dan mengenai pemain. Oleh karenanya dapat dianalogikan bahwa permainan patil lele memang patil ikan lele, kalau tak dijaga dan hati-hati akan terluka.
Cara Memainkan
Patil lele adalah permainan tradisional yang dimainkan dengan menngunakan tongkat. Dalam permainannya, patil lele terbentuk menjadi 2 tim, satu tim jaga dan tim main, dan juga terdapat satu tongkat kayu sejengkal tangan untuk di pukul dengan tongkat. Untuk tim yang bermain pertama-tama membuat lubang yang akan di gunakan untuk meletak kan tongak yang berukuran kecil. Berikut adalah peraturan dan cara memainkan:
Tongkat kayu yang lebih pendek diletakkan melintag di atas lubang yang di pinggir lapangan lalu dengan menggunakan tongkat kayu yang panjang untuk mengungkit tongkat kayu kecil sejauh mungkin.
Apabila tongkat kayu yang diungkit tertangkap oleh pemain lain, maka giliran pemain yang mengungkit tadi habis tapi jika tidak kena atau tertangkap lawan, anak patok lele akan dilemparkan ke induknya (pengungkit) jika kena maka gilirannya habis atau diganti dengan pemain yang lain.
Pemain harus berdiri di belakang garis, tongkat pengungkit memukul tongkat yang pendek dengan melambungkan nya ke udara sendiri.
Tongkat pendek dilemparkan kembali oleh lawan dan pemain harus bisa mengenai tongkat pendek yang dilempar. Apabila kena langsung dihitung nilainya.
Anak patok lele ditaruh ke dalam lubang dalam posisi tertidur kemudian pukul dengan tongkat panjang sampai memantul ke atas lalu dipukul ke arah horizontal seajuh mungkin.
Apabila pemukul dapat dapt melakukan pukulan sempurna sebanyak 2 kali, maka nilainya dikalikan dua kali lipat. Tapi jika anak patok tertangkap lawan maka semua nilai yang dihasilkan diambil oleh tim lawan.
Apabila selama permainan anak patok lele tertangkap, lalu lawan ditangkap dengan menggunakan dua tangan dapat nilai 10 dan apabila ditangkap dengan menggunakan satu tangan memperoleh nilai 50.
Nilai dihitung menurut jarak antara anak patok lele yang jatuh dengan lubang awal dan diukur dengan tongkat yang panjang.
Yang jelas, jika kita pernah melewati dan memainkan permainan ini, berarti usia kita sudah tua, karena generasi yang lahir tahun 80 and yang pernah berjumpa dengan permainan ini.
Sumber : Ayodolanrek.wordpress.com