Kampoeng News
Kampoeng News - Memberi nama kepada anak merupakan momen kebahagian tersendirii bagi kedua orang tua. Karena anak merupakan nikmat dan anugrah dari Tuhan yang sangat terindah dari dan wajib kita syukuri.
Sehingga berbagai macam cara kita lakukan demi untuk mendapatkan momongan supaya menjadi generasi penerus keturunan kita kelak.
Pada tulisan kali ini yang akan kita bahas bukanlah cara mendapatkan keturunan, atau bagaimana cara mendidik anak keturunan kita.
Yang akan kita bahas adalah tradisi di suatu daerah tentang apa saja yang dilakukan ketika memberi nama untuk anak mereka, dan kali ini pembahasan kita di wilayah Sungai Abang, tempatnya di desa Siabu kecamatan Salo kabupaten Kampar Riau.
Dengan masyarakat yang majemuk sungai Abang menjadi tempat berlabuhnya para transmigrasi dari daerah padat di pulau Jawa, sehingga masyarakatnya pun terdiri dari beragam suku.
Namun suku yang mendominasi adalah Jawa, kemudian Sunda, Batak, dan lainya. Sehingga setiap acara tertentu masih di warnai dengan adat dan tradisi daerah masing-masing.
Sebagai contoh adalah tradisi memberikan nama kepada sang jabang bayi yang baru lahir, memberikan nama untuk anak yang baru lahir bagi masyarakat Sungai Abang menjadi momen penting tersendiri.
Sehingga ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, dan tidak serta merta ketika bayi lahir langsung diberikan nama ditempat bayi itu lahir.
Tahap yang pertama Ketika bayi lahir harus dipastikan tali pusarnya sudah di potong, kemudian sisa dari tali pusarnya tersebut harus ditunggu hingga kering dan terlepas sendiri.
Setelah itu ketika sisa tali pusarnya terlepas, harus di ingat hari apa, tanggal berapanya, dan bagi masyarakat sungai Abang menjadi pedoman ketika bayi tersebut dewasa ketika akan membuat acara.
Jika tali pusar benar- benar telah terlepas, barulah kedua orang tua dituntut untuk mengadakan syukuran atau kenduri ( istilah Jawa ) untuk memberi nama kepada yang bayi.
Bagi orang tua yang ekomekonom agak berlebih, pemberian nama kepada anaknya bisa dibuat seperti pesta pernikahan sehingga terlihat sangat meriah.
Namun bagi orang tua yang ekonominya pas-pasan cukup mengadakan syukuran dengan sederhana, dengan cara mengundang sanak famili, tetangga dan tokoh agama, tokoh masyarakat untuk menyaksikan momen pemberian nama terhadap anaknya.
Bahkan ketika kenduri dilaksanakan, ada beberapa proses acara yang di lalui, seperti pembacaan ayat untuk si bayi, pembacaan shalawat, penambatan nama oleh tokoh agama Tempatan, dan diakhiri doa oleh imam Masjid, setelah itu dilaksanakan makan bersama.
Sebagai catatan, pemberikan nama dengan kenduri ini seakan sudah menjadi kewajiban yang mesti dilakukan oleh orang tua yang telah dikaruniai anak dalam rumah tangganya.