Kampoeng News
Kampoeng News - hubungan rumah tangga tidak hanya datang dari kedua pasangan yang menjalani. Terkadang, mertua yang terlalu ikut campur dapat membuat rumah tangga anaknya berantakan.
Berikut lima tindakan mertua yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam rumah tangga anaknya
1. Membanding-bandingkan
Kalau hanya sekadar cerita mungkin biasa aja, tapi kalau sudah disertai dengan sikap membandingkan siapa pun pasti enggan.
“Coba deh kayak kakakmu itu, usahanya lancar terus. Lha kamu gonta-ganti usaha mulu gak berhasil,” ucapan ketika ketemu salah satu anak.
Sebenarnya maksud orangtua atau mertua untuk memotivasi. Tapi, terkadang ucapan yang muncul justru memunculkan kesalahpahaman dan merendahkan hati.
2. Menjelek-jelekkan
Sikap kedua ini juga tak etis. Sikap menjelek-jelekan menantu di depan kerabat dapat berpotensi buruk.
Menantu akan diremehkan dan dirundung oleh saudara-saudaranya.
“Ya Allah, si A itu ya sensitif banget. Pantesan susah dapat jodoh. Mbok ya yang seperti kamu gitu kuat mental,” ucapan ketika bersama B.
3. Hanya Menyayangi yang Berhasil
Keberhasilan tidak bisa diukur mutlak hanya dengan uang. Ada yang secara finansial biasa saja, tapi hidup aman dan nyaman serta bermanfaat.
Saat menjadi mertua sebaiknya peka dan tidak hanya memberi perhatian kepada anak yang nampak berhasil secara finansial.
4. Memaksa harus seragam
Setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda. Sehingga, ada berbagai macam pekerjaan yang dijalani.
“Pokoknya berhasil itu kalau masuk kedokteran. Titik!”
“Pokoknya kamu harus jadi PNS seperti kakakmu!”
Bijak, enggak?
5. Meremehkan Ilmu Agama
Agama menuntun manusia agar terhindar dari permasalahan. Tetapi, agama kerap dikesampingkan.
Bahkan ada anggapan, beberapa lulusan pondok pesantren tidak tepat untuk dijadikan menantu.
“Anak pondok itu kuper.”
Semakin mertua jauh dari agama sering membuat rumah tangga sang anak rusak, atau paham agama tapi sepi pengamalan.
Artikel : www.islamedia.web.id
Foto : www.jpnn.com
Berikut lima tindakan mertua yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam rumah tangga anaknya
1. Membanding-bandingkan
Kalau hanya sekadar cerita mungkin biasa aja, tapi kalau sudah disertai dengan sikap membandingkan siapa pun pasti enggan.
“Coba deh kayak kakakmu itu, usahanya lancar terus. Lha kamu gonta-ganti usaha mulu gak berhasil,” ucapan ketika ketemu salah satu anak.
Sebenarnya maksud orangtua atau mertua untuk memotivasi. Tapi, terkadang ucapan yang muncul justru memunculkan kesalahpahaman dan merendahkan hati.
2. Menjelek-jelekkan
Sikap kedua ini juga tak etis. Sikap menjelek-jelekan menantu di depan kerabat dapat berpotensi buruk.
Menantu akan diremehkan dan dirundung oleh saudara-saudaranya.
“Ya Allah, si A itu ya sensitif banget. Pantesan susah dapat jodoh. Mbok ya yang seperti kamu gitu kuat mental,” ucapan ketika bersama B.
3. Hanya Menyayangi yang Berhasil
Keberhasilan tidak bisa diukur mutlak hanya dengan uang. Ada yang secara finansial biasa saja, tapi hidup aman dan nyaman serta bermanfaat.
Saat menjadi mertua sebaiknya peka dan tidak hanya memberi perhatian kepada anak yang nampak berhasil secara finansial.
4. Memaksa harus seragam
Setiap anak memiliki potensi yang berbeda-beda. Sehingga, ada berbagai macam pekerjaan yang dijalani.
“Pokoknya berhasil itu kalau masuk kedokteran. Titik!”
“Pokoknya kamu harus jadi PNS seperti kakakmu!”
Bijak, enggak?
5. Meremehkan Ilmu Agama
Agama menuntun manusia agar terhindar dari permasalahan. Tetapi, agama kerap dikesampingkan.
Bahkan ada anggapan, beberapa lulusan pondok pesantren tidak tepat untuk dijadikan menantu.
“Anak pondok itu kuper.”
Semakin mertua jauh dari agama sering membuat rumah tangga sang anak rusak, atau paham agama tapi sepi pengamalan.
Artikel : www.islamedia.web.id