Foto : Sawitindonesia.com 660 Views |
“Harga sudah mendekati Rp 1.000 per kilogram untuk pengambilan petani. Di sejumlah daerah, harga TBS dengan pengambilan lokasi petani sekitar Rp 1.100 per kilogram,” ujar Sofyan Abdullah, petani sawit asal Aceh.
Bahkan di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, beberapa pabrik telah mematok harga Rp960 – Rp1.000 per kilogram. Dari data yang kami peroleh di grup WhatsApp, per 21 Juni 2022 bahwa harga TBS di PT.MSL-L turun Rp.250 menjadi Rp 1.000/kilogram, PT.USM-M turun Rp.250 menjadi Rp 970/kilogram, dan PT.KPS-T turun Rp.250 Menjadi Rp. 960/kilogram.
Di Bangka Belitung, ada pula pabrik yang menetapkan harga TBS Rp 1.100 per kilogram. Rata-rata petani menerima harga TBS di antara Rp 1.000-Rp 1.100 per kilogram. Penyebab utama harga rendah adalah melimpahnya stok CPO di pabrik sawit. Sebagai dampak lambatnya kegiatan ekspor sawit yang harus mengikuti aturan DMO dan DPO.
Wayan Supadno, Petani Sawit di Kalimantan Tengah, mengatakan rendahnya harga TBS sawit petani tidak sebanding dengan Harga Pokok Produksi (HPP) petani yang sebesar Rp 1.800/kg. Kenaikan biaya produksi dipengaruhi harga pupuk melonjak dua kali lipat sejak perang Rusia Ukraina.
“Kalau terus dibiarkan petani sawit bisa bangkrut massal. Bahkan ada yang tidak laku akibat pabrik sawit tutup pembelian, dampak dari tangki timbun CPO nya di PKS masih penuh, akibat belum bisa ekspor. Padahal TBS di Malaysia Rp 5.200/kg,” jelas Wayan yang akrab dipanggil Pak Tani.
Selain harga yang rendah, petani juga dihadapkan masalah tingginya potongan timbangan TBS petani di pabrik sawit. Dalam laporan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) sebagaimana disampaikan oleh Ketua APKASINDO Kalimantan Timur, Lampung, Bengkulu, Riau, Aceh, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan.
Bahwa rata-rata PKS melakukan potongan timbangan antara 10%-15%, terkhusus petani swadaya non mitra. Setelah di cek ke 22 Provinsi Sawit yang hadir, ternyata potongan ini juga terjadi di Provinsi lain, dengan range antara 7%-15%.
Sumber : Sawitindonesia.com