Foto : Antaranews.com 443 Views |
Kepala Pelaksana BPBD Riau M. Edy Afrizal, menjelaskan kabut asap yang terlihat belakangan ini di Kota Pekanbaru adalah kiriman dari provinsi tetangga, yakni Jambi dan Sumatera Selatan (Sumsel). Di kedua provinsi tersebut, Karhutla masih terus terjadi.
"Kabut asap ini adalah kiriman dari Jambi dan Sumsel, yang saat ini masih menghadapi Karhutla. Arah angin membawanya ke Riau," ujarnya, Minggu (1/10/2023).
Edy mengakui untuk menangani Karhutla di provinsi tetangga, helikopter water bombing yang sebelumnya berada di Riau sudah dikirimkan. Selain itu, personil dari Manggala Agni juga telah dikirimkan untuk membantu dalam pemadaman di sana.
Meskipun situasi Karhutla di Riau kini terkendali, BPBD tetap mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar. Masyarakat juga diharapkan segera melaporkan jika melihat adanya titik api kepada petugas terdekat.
"Tujuan dari imbauan ini adalah agar Karhutla dapat segera dipadamkan dan tidak berkembang hingga menyebabkan kabut asap," tambahnya.
Sementara itu, jumlah titik panas (hotspot) di wilayah Sumatera mencapai 1.031 titik panas pada hari Minggu (1/10/2023). Meskipun terjadi penurunan dari 1.492 titik panas pada hari sebelumnya, angka ini masih dianggap tinggi. Oleh karena itu, tindakan antisipasi tetap diperlukan untuk mencegah titik panas berubah menjadi titik api dan mengendalikan Karhutla.
Distribusi titik panas di beberapa wilayah Sumatra mencakup Sumatra Selatan dengan 824 hotspot, Jambi dengan 81 hotspot, Lampung dengan 72 hotspot, dan Bangka Belitung dengan 35 hotspot. Sementara itu, Bengkulu memiliki 8 hotspot, Riau 7 hotspot, dan Sumatra Barat 4 hotspot.
"Di Riau sendiri, terdapat 7 titik panas, yakni 2 hotspot di Kampar dan 5 hotspot di Rokan Hilir," ungkap Moh Ibnu A., Forecaster BMKG Pekanbaru.
Dengan situasi ini, perlu adanya kerja sama dan langkah konkret untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan mencegah karhutla di masa depan.
Sumber : Bisnis.com